Gangsa dan teknik Permainannya

Gangsa dan teknik permainannya

Alat musik gangsa merupakan instrumen yang memiliki bilah 10 (sepuluh) buah dengan susunan nada. Nada Rendah : ndong, ndeng, ndung, ndang, nding dan Nada Tinggi : ndong, ndeng, ndung, ndang, nding.

Gangsa dan teknik Permainannya

Dalam barungan gong kebyar gangsa dapat dibedakan menjadi 2, yaitu gangsa pengmbang (polos) dan gangsa pengisep (sangsih). Gangsa juga dimainkan dengan tangan kanan menggunakan panggul, kemudian bilah ditutup sesuai dengan suara yang diinginkan.

Teknik ini juga digunakan pada instrumen lain dalam gong kebyar yang menggunakan alat seperti panggul, dll. Instrumen gangsa tidak hanya digunakan di barungan gambelan gong kebyar, tetapi instrumen gangsa juga dapat ditemukan di barungan semar pegulingan. yang menggunakan 7 (tuhuh) nada dan semarandana yang menggunakan 12 (dua belas) nada yang terdiri dari nada tinggi dan nada rendah.

Nada gangsa pada laras barungan gong kebyar menggunakan laras pelog (selisir) dan nada gangsa pada laras semar pegulingan dan semarandana menggunakan laras pelog (selisir) dan selendro (tembung).

Dalam memainkan tabuh kreasi yang dikemas secara modern. Alat musik gangsa merupakan alat musik yang paling rumit untuk dimainkan karena alat musik gangsa kaya akan teknik tetekep dan teknik pukulan yang menarik. Misalnya teknik pukulan ngempyung yaitu teknik memainkan 3 (tiga) nada secara bersamaan.

Adapun beberapa jenis-jenis yang dalam penggolongan gangsa yaitu gangsa guru “pengugal”, gangsa pemade, dan gangsa kantil.

Gangsa Guru “pengugal” atau Giying

Tungguhan gangsa guru yang sering disebut dengan ungguhan pengenter, pengruh, filler perkusi, pemageh, ugal, giying, atau spidol, adalah jenis tungghan yang menggunakan bilah.

Tunggu guru gangsa di Gong Kebyar, Bali Utara, menggunakan bentuk bilah jalin. Tunggu gangsa guru menggunakan atap sebagai resonator, jarak antara bilah dan atap adalah 5,5 cm.

Alat musik ini dapat dipukul oleh satu orang dengan menggunakan “pinggul” pada umumnya dapat dipukul dengan tangan sedangkan tangan kiri digunakan untuk menutupnya.

Kecuali orang/kelelawar tersebut kidal (ngedelin) maka pemukul dipegang oleh tangan kiri (Mengenal Jenis Pukulan dalam Gamelan Barungan Gong Kebyar, Pande Gede Mustika, dkk, 30 Maret 1996; 52)

Dalam satu gamelan Gong Kebyar digunakan dua ungguh gangsa guru dengan sistem ngumbang – ngisep dan masing-masing memiliki fungsi yang berbeda. Guru gangsa yang menunggu ditempatkan di depan dan belakang berturut-turut.

Sesuai dengan pengelompokan menunggu dalam tulisan ini, tipe gangsa guru menunggu adalah salah satu tipe tungghan yang termasuk dalam kelompok penanda, sehingga tipe gangsa guru menunggu selalu ditempatkan paling depan, yang berfungsi untuk menyajikan bagian gending kawitan. , mengatur jalannya gending, mengatur angkihan gending, mengerjakan gending.

Dengan variasi variasi, variasi yang menggunakan ketukan polos dan pola pendent, menonjolkan angsel (tawon khusus) dan memberi isyarat pada gending tertentu seperti kebyar.

Sedangkan gangsa guru penunggu yang diletakkan di belakang berfungsi menyajikan gending dengan berbagai variasi dan terkadang menghadirkan pola tabuh nyandet untuk mengimbangi pola tawon polos yang dihadirkan oleh gangsa guru penunggu yang diletakkan di depan.

Bentuk menunggu gangsa guru sama dengan menunggu gangsa peme dan gangsa kantil. Perbedaannya terletak pada ukuran pitch, blade, dan area pitch. Bentuk gangsa guru menunggu adalah yang terbesar di antara jenis gangsa menunggu lainnya.

Salah satu ukuran bar tunggu gangsa guru di barungan gambelan gong kebyar dari Desa Busungbiu, Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng adalah sebagai berikut:

Nada ( dong) : panjang 36,5 cm, lebar 8,5 cm
Nada ( deng) : panjang 34,7 cm, lebar 8,9 cm
Nada ( dung) : panjang 33,5 cm, lebar 8 cm
Nada ( dang) : panjang 32 cm, lebar 7,9 cm
Nada ( ding) : panjang 32 cm, lebar 7,6 cm
Nada ( dong) : panjang 30,8 cm, lebar 7,5 cm
Nada ( deng) : panjang 29,5 cm, lebar 7,9 cm
Nada ( dung) : panjang 28 cm, lebar 7 cm
Nada ( dang) : panjang 26,4 cm, lebar 6,6 cm
Nada ( ding) : panjang 25,5 cm, lebar 6,8 cm

Ada beberapa jenis pukulan sebagai berikut:

Pukulan Gores

Ini adalah memukul tiga nada yang mendapatkan dua ketukan yang ditarik dari nada yang lebih rendah ke nada yang lebih tinggi.

Pukulan Neliti/Nyelah

Merupakan pukulan serentak yang dilakukan oleh semua alat musik yang memiliki satu pola/pola pukulan, kecuali alat musik kemong, kempul, suling, dan rebab. Yang lebih penting adalah teropong instrumen tidak digunakan sama sekali.

Pukulan Gantung

Ini adalah salah satu pukulan gangsa yang dalam satu gatra ada empat ketukan. Dimana mencari ketukan ketiga, ada tekanan satu pukulan yang mengenai ketukan ketiga sehingga pada akhirnya kembali ke ketukan keempat lagi.

Gangsa kantil atau disebut juga tunggul kantilan adalah jenis tunggul yang menggunakan mata pisau berbentuk belahan yang saling bertautan. Ruguhan Kantil menggunakan atap sebagai resonator, yang ditempatkan di sebuah pelawah. Jarak antara bilah dan atap adalah 4,6 cm. Dalam satu barungan gamelan menggunakan empat tunggul kantil dengan sistem ngumbang-ngisep.

Jenis kantil tunghan adalah salah satu kelompok pepaya, karena sebagian besar gending Gong Kebyar menggunakan pola tawon antara lain cak magelut, nyelah, oncang-ocang, norot (norot adeng dan norot keras) dan pola tawon antara lain. Masing-masing corak dibawakan oleh dua pemusik, yakni pemolos dan penyedet, yang akhirnya membentuk kain.

Bentuk tunggul kantil sama dengan guru gangsa guru dan penyihir, perbedaannya terletak pada ukuran pelawah, bilah dan luas nadanya relatif lebih kecil. Tempat tidur tunggu ini dalam pengaturannya ditempatkan berjajar di belakang pembuat tunggu.

Salah satu ukuran dari masing-masing bar tunggu kantil yang digunakan di Gong Kebyar Bali Utara (Desa Busungbiu, Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng) adalah sebagai berikut :

Nada ( dong) : panjang 22 cm, lebar 6 cm

Nada ( deng) : panjang 21,5 cm, lebar 5,7 cm

Nada ( dung) : panjang 20 cm, lebar 6 cm

Nada ( dang) : panjang 19,5 cm, lebar 6 cm

Nada ( ding) : panjang 18 cm, lebar 5,7 cm

Nada ( dong) : panjang 17,5 cm, lebar 5,6 cm

Nada ( deng) : panjang 16,7 cm, lebar 4,7 cm

Nada ( dung) : panjang 16,5 cm, lebar 5,7 cm

Nada ( dang) : panjang 14,5 cm, lebar 5,2 cm

Nada ( ding) : panjang 14 cm, lebar 5,3 cm

Tagged , , , , . Bookmark the permalink.

Comments are closed.